Pasuruan.Memo
Timur. Ibu-ibu warga
Desa Sibon, Kecamatan Pasrepan, Kabupaten Pasuruan, terlihat antre menunggu
giliran mengambil bantuan air bersih akibat kekeringan yang melanda. Warga
saling berebut saat melihat truk pengangkut air bersih yang dikirimkan Pemkab
Pasuruan datang, Selasa (7/8/2018) sore.
Mereka menyodorkan jeriken-jeriken yang
dibawa dari rumahnya.
Seperti
diketahui, warga disini, memang kesulitan air bersih di saat musim kemarau.
Mereka rela antre dan berdiri berjam-jam untuk mendapatkan jatah air bersih.
Atok, salah
satu tokoh masyarakat menjelaskan, ada beberapa pihak yang mengirimkan pasokan
air bersih.
Ada dari
Pemkab Pasuruan dan ada dari pihak swasta, atau dari pondok pesantren
(ponpes) yang peduli dengan masyarakat di sini.
"Tapi tetap saja, meski sudah dipasok
tetap kurang. Air ini kan kebutuhan pokok, semuanya harus ada air, mulai masak,
mencuci, mandi, dan sebagainya," jelas Atok
Ia menjelaskan, pasokan itu tidak cukup meski
sehari bisa sampai dua atau bahkan sampai empat truk tangki air datang.
"Permintaannya
karena sangat tinggi. Setiap hari orang pakai air. Jadi setiap hari harus ada
air Nah, kadang tidak ada pasokan air yang datang ke sini. Jadi, kami disini
harus menghemat dan mengatur penggunaan air," terangnya.
Faisol warga setempat menerangkan, dalam
sehari, minimal warga menggunakan 4-6 jeriken. Padahal, setiap kali bantuan
datang, warga hanya bisa mendapatkan 3-4 jeriken.
"Itu kami
tidak bisa dapat lebih. Karena dibagi rata. Tidak boleh serakah. Jadi harus
sama-sama. Nah, nanti kalau semuanya sudah rata, baru yang mau nunggu dan ada
sisa , bisa dapat air lagi. Tapi, ada air sisa itu sangat jarang sekali,"
ucapnya.
Kesulitan air
saat kemarau ini sudah dialaminya sejak bertahun-tahun. Bahkan, sejak kecil, ia
sudah merasakan kesulitan air saat musim kemarau.
Faisol
menyampaikan, dulu masih ada sumber mata air. Nah, sumber mata air ini, masih
bisa digunakan dan diandalkan saat musim kemarau.
"Namun,
kondisinya sekarang sudah rusak dan tidak bisa keluar air. Kalau dulu , susah
air, kami biasanya cari air di sumber mata air. Paling persoalannya hanya
jarak. Pasti jaraknya jauh dan kami harus menempuhnya jalan kaki. Kalau
sekarang sumber tidak ada, dan kami tidak bisa apa-apa," ungkapnya. ( nam
/sik )
0 komentar: