Kamis, 12 April 2018

Dua Tahun Ambruk, Gedung Sekolah Belum ada Perbaikan Jember, Motim Saat pemerintah menggaungkan program pendidikan gratis, namun hal itu tidak ditunjang dengan sarana yang memadai. Pasalnya, masih banyak ditemui sejumlah gedung sekolah yang rusak bahkan bertahun-tahun tak kunjung mendapat perbaikan. Seperti yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Darungan, di Dusun Pakeman, Desa Darungan, Kecamatan Tanggul. Tiga gedung di sekolah ini masing-masing kelas 1, 2 dan 3, ambruk sejak tahun 2016 silam. Akibatnya, puluhan siswa harus mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di satu ruangan dengan hanya menggunakan sekat dari papan tulis yang tak terpakai. Selain itu, ruangan perpustakaan juga digunakan untuk KBM. “Untuk gedung kelas satu, dua, dan tiga itu ambruk pada tahun 2016 lalu. Kejadiannya pagi-pagi saat siswa masuk. Atap kelas 3 roboh, genteng jatuh, sebagian mengenai siswa,” kata Eni Enjelina, guru kelas 2 di SDN 02 Darungan, saat diwawancara Memo Timur kemarin. Kala itu, semua siswa langsung dikeluarkan dan dipindah ke ruang yang aman. “Yang terluka kita bawa ke Puskesmas,” jelasnya. Semenjak peristiwa itu, tiga gedung sekolah tidak dipakai lagi hingga sekarang. Untuk siswa kelas satu, terpaksa mengikuti KBM di ruang perpustakaan. Sementara kelas dua dan kelas tiga, digabung menjadi satu ruangan yang hanya dipisah sekat menggunakan papan tulis. Demikian pula dengan siswa kelas 4 dan kelas lima. “Kalau siswa kelas enam, itu ruangan sendiri,” jelas Eni. Meski demikian, ruangan yang digunakan untuk KBM itu kondisinya memprihatinkan. Hampir seluruh atap internit jebol. Para guru dan siswa, mengeluhkan panas saat berada di dalam ruangan. “Untuk ruangan yang dipakai KBM ini terakhir direhab tahun 2009 dengan dana DAK. Internitnya sudah banyak yang jebol,” ungkap Eni. Selain panas, para guru yang mengajar siswa gabungan dalam satu ruangan itu juga merasa terganggu. “Itu kan hanya disekat pakai papan tulis, saat kita menerangkan pelajaran dan pada saat yang sama guru disebelah juga menerangkan, itu jelas mengganggu. Sehingga konsentrasi para siswa pun ikut terganggu,” kata Eni. Menurutnya, pihak sekolah sudah berkali-kali mengajukan proposal agar gedung sekolah itu segera mendapatkan perbaikan. Namun hingga kini belum terealisasi. “Bahkan saya pernah membawa proposal sendiri dan saya serahkan ke Dinas Pendidikan (Jember). Namun sampai sekarang belum ada apa-apa,” katanya. Sementara itu salah satu guru lainnya, Ahmad Yani, menjelaskan bahwa jumlah siswa di sekolah tersebut semuanya berjumlah 88 siswa. Dia berharap, pemerintah daerah segera turun tangan agar gedung sekolah itu segera diperbaiki. “Apalagi gedung yang dipakai sekarang ini kondisinya juga kurang memadai. Kita khawatir sewaktu-waktu ambruk dan menimpa siswa,” ungkap Ahmad Yani. (sp)

SHARE
Jember, MotimNews. Saat pemerintah menggaungkan program pendidikan gratis, namun hal itu tidak ditunjang dengan sarana yang memadai. Pasalnya, masih banyak ditemui sejumlah gedung sekolah yang rusak bahkan bertahun-tahun tak kunjung mendapat perbaikan. Seperti yang terjadi di Sekolah Dasar Negeri (SDN) 02 Darungan, di Dusun Pakeman, Desa Darungan, Kecamatan Tanggul.
Tiga gedung di sekolah ini masing-masing kelas 1, 2 dan 3, ambruk sejak tahun 2016 silam.

 Akibatnya, puluhan siswa harus mengikuti Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) di satu ruangan dengan hanya menggunakan sekat dari papan tulis yang tak terpakai. Selain itu, ruangan perpustakaan juga digunakan untuk KBM.

“Untuk gedung kelas satu, dua, dan tiga itu ambruk pada tahun 2016 lalu. Kejadiannya pagi-pagi saat siswa masuk. Atap kelas 3 roboh, genteng jatuh, sebagian mengenai siswa,” kata Eni Enjelina, guru kelas 2 di SDN 02 Darungan, saat diwawancara Memo Timur kemarin. Kala itu, semua siswa langsung dikeluarkan dan dipindah ke ruang yang aman. “Yang terluka kita bawa ke Puskesmas,” jelasnya.

Semenjak peristiwa itu, tiga gedung sekolah tidak dipakai lagi hingga sekarang. Untuk siswa kelas satu, terpaksa mengikuti KBM di ruang perpustakaan. Sementara kelas dua dan kelas tiga, digabung menjadi satu ruangan yang hanya dipisah sekat menggunakan papan tulis. Demikian pula dengan siswa kelas 4 dan kelas lima. “Kalau siswa kelas enam, itu ruangan sendiri,” jelas Eni.

Meski demikian, ruangan yang digunakan untuk KBM itu kondisinya memprihatinkan. Hampir seluruh atap internit jebol. Para guru dan siswa, mengeluhkan panas saat berada di dalam ruangan.
“Untuk ruangan yang dipakai KBM ini terakhir direhab tahun 2009 dengan dana DAK. Internitnya sudah banyak yang jebol,” ungkap Eni.

Selain panas, para guru yang mengajar siswa gabungan dalam satu ruangan itu juga merasa terganggu.

“Itu kan hanya disekat pakai papan tulis, saat kita menerangkan pelajaran dan pada saat yang sama guru disebelah juga menerangkan, itu jelas mengganggu. Sehingga konsentrasi para siswa pun ikut terganggu,” kata Eni.

Menurutnya, pihak sekolah sudah berkali-kali mengajukan proposal agar gedung sekolah itu segera mendapatkan perbaikan. Namun hingga kini belum terealisasi. “Bahkan saya pernah membawa proposal sendiri dan saya serahkan ke Dinas Pendidikan (Jember). Namun sampai sekarang belum ada apa-apa,” katanya.

Sementara itu salah satu guru lainnya, Ahmad Yani, menjelaskan bahwa jumlah siswa di sekolah tersebut semuanya berjumlah 88 siswa. Dia berharap, pemerintah daerah segera turun tangan agar gedung sekolah itu segera diperbaiki.

“Apalagi gedung yang dipakai sekarang ini kondisinya juga kurang memadai. Kita khawatir sewaktu-waktu ambruk dan menimpa siswa,” ungkap Ahmad Yani. (sp)     

SHARE

Author: verified_user

0 komentar: